SMKN 1 ROTA Bayat
Profil SMK Rota:
SMKN 1 ROTA Bayat, yap itulah nama satu-satunya sekolah SMK di Bayat tepatnya di Beluk :D
ROTA singkatan dari Reach Out To Asia. Sekolah ini mempunyai dua sub jurusan yaitu keramk dan tekstil, yap, karena mengembangkan budaya dan potensi potensi terpendam di Pager Jurang dan Jarum.
Tekstil di sekolah kami mengacu pada kebudayaan asli Bangsa Indonesia yakni Batik. Tetapi tidak hanya Batik saja, masih ada yang lainnya antara lain : Tapestri, tenun, menjahit, dan masiiiih banyak yang lainnya yang berhubungan dengan dunia seni tekstil yang pastinya menarik dan istimewa :D
Keramiknya juga gak kalah menarik kok, di keramik kita diajarkan untuk membuat aneka ragam keramik yang unik dan bernilai jual tinggi. Produk2 para anak2 keramik tidak kalah dengan para pedagang keramik profesional lhoh, kalau tidak percaya coba aja lihat karya2 anak2 keramik di Bengkel Keramik di sekolah kami, hehehe :D
Guru? Tentang guru, hmmm....guru2 di sekolah kami masih muda2, cantik2 dan ganteng2, hehehe. iya loh... gak percaya? buktikan aja :p
Sekolah kami juga ada ekstrakulikuler lhoh, di bawah ini ni ekstranya :
- Pramuka
- PMR
- Taekwondo
- Komputer
- Karawitan
- Fashion
- Bahasa Jepang
Hmm, walaupun sekolah kami bisa di bilang masih muda, tapi sekolah kami gak kalah sama sekolah-sekolah lain yang bertaraf internasional, di bawah ini saya akan menceritakan sedikit tentang prestasi-prestasi yang kami capai.... =>
"Buruh batik hanya tahu mendapat upah Rp 10.000. Padahal, dengan 'booming' batik, seharusnya mereka bisa dapat lebih dari itu."
-- Lily Kasoem/Ketua Yayasan Titian
Mereka membawa kain batik panjang dengan motif flora karya sendiri yang dibentangkan sambil berlenggak-lenggok di atas panggung. Karya para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 ROTA yang terletak di Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini mengingatkan Lily Kasoem akan Kenzo—perancang busana kenamaan asal Jepang—yang tinggal di Paris, Perancis, dan selalu memasukkan ciri khas negaranya pada karya-karyanya.
Menurut pemilik usaha Lily Kasoem Optical ini, anak-anak dari Bayat ini pun bisa menjadi Kenzo-Kenzo di masa depan. Sarana untuk membantu anak- anak dari pelosok Bayat meraih mimpinya ini telah disediakan berupa sekolah yang representatif.
SMKN 1 ROTA, dilihat dari fisik gedungnya, tidak kalah dari sekolah internasional yang ada di kota-kota besar. Ruang kelas berkondisi nyaman dengan banyak jendela besar membuat kelas terang dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Fasilitas pun lengkap.
Sekolah yang membuka dua jurusan ini, yakni tekstil dan keramik, menyediakan dua bengkel kerja. Di bengkel kerja keramik, siswa dapat praktik membuat keramik dengan teknik putaran tegak maupun miring yang menjadi ciri khas Bayat.
Profesor Chitaru Kawasaki, yang bertahun-tahun meneliti teknik putaran miring Bayat karena hanya satu-satunya di dunia ini, siap mendampingi siswa setelah didapuk sebagai guru tamu. Teknik pewarnaan, dekorasi gerabah, dan pembakaran dengan tungku tradisional juga dipelajari siswa di bengkel kerja ini.
Karya siswa yang baru empat bulan belajar membuat gerabah sederhana tampak dipajang di salah satu sudut bengkel kerja. Di bengkel kerja tekstil, para siswa terlihat asyik membuat desain dan gambar. Ada pula yang belajar membatik dengan canting dan malam serta mewarnai.
Mesin jahit dan obras terpasang, menunggu giliran untuk mengantar para siswa belajar memodifikasi kain karya mereka menjadi busana. Contoh karya berupa kain panjang (jarik) dan selendang batik serta contoh busana terpajang di beberapa sudut ruangan. Karya terbaik dipamerkan di galeri komersial.
Bukan tanpa sebab jika SMKN 1 ROTA membuka dua jurusan yang unik ini. Jurusan keramik bahkan satu-satunya di Kabupaten Klaten. Potensi Bayat sebagai pusat perajin batik tulis dan gerabah meyakinkan pihak donor untuk membuka dua jurusan yang sesuai dengan potensi lokal.
"Di Bayat sudah banyak buruh batik dan keramik. Kita tak perlu lagi menambah jumlah mereka. Anak-anak yang bersekolah di SMKN 1 ROTA ini yang nanti akan menggunakan sumber daya manusia yang ada untuk keuntungan masyarakat karena akan memotong jalur tengah atau makelar. Buruh batik hanya tahu mendapat upah Rp 10.000. Padahal, dengan booming batik, seharusnya mereka bisa dapat lebih dari itu," kata Lily, yang juga Ketua Yayasan Titian yang menjadi mitra Reach Out to Asia (ROTA) di Indonesia.
ROTA adalah salah satu divisi dari Qatar Foundation yang dimiliki keluarga Kerajaan Qatar yang khusus mengurusi program di Asia. ROTA akan menggelontorkan 3 juta dolar Amerika Serikat atau kurang lebih Rp 28,5 miliar untuk pembangunan gedung sekolah dan fasilitasnya, mendatangkan guru-guru tamu, serta pengembangan kurikulum hingga tiga tahun ke depan. Setelah itu diharapkan SMKN 1 ROTA dapat mandiri lepas landas mencapai cita-citanya memajukan pendidikan dan kehidupan anak-anak di pelosok Bayat.
Selain memberi bekal keterampilan, siswa-siswi SMKN 1 ROTA dibekali pengetahuan kewirausahaan, bahasa Inggris, dan teknologi informasi agar tidak hanya menjadi jago kandang, melainkan mampu pula bersaing di pasar global. Oleh karena itu, laboratorium bahasa dan komputer dengan fasilitas sangat memadai serta perpustakaan dengan 1.500 judul buku dan koleksi audio visual siap mengantarkan para siswa agar tidak ”kuper” menghadapi pergaulan global.
Dengan berbagai program penunjang ini, siswa diharapkan kelak mampu menghasilkan karya seni batik dan keramik yang artistik dan bernilai ekonomis tinggi. Mereka diharapkan menjadi pencipta, bukan sekadar menjadi tukang. Para siswa pun dengan lugas mengatakan bercita-cita menjadi wirausaha, seperti Indriani Asta (15) yang ingin menjadi pengusaha batik.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, yang menghadiri peresmian sekolah ini akhir Desember 2009 lalu berharap, pihak lain melalui program corporate social responsibility (CSR)-nya dapat berlomba melakukan hal serupa untuk memajukan pendidikan anak-anak, khususnya di Jawa Tengah. Pembangunan SMKN 1 ROTA disebutnya contoh bagus kerja sama Pemerintah Kabupaten Klaten, yang menyediakan lahan hampir 3 hektar, dengan ROTA dan Titian.
Direktur ROTA Omnia Nour berharap, SMKN 1 ROTA tidak hanya menjadi sekolah biasa, melainkan pusat unggulan (center of excellence) batik dan keramik dengan dukungan fasilitas yang lengkap dan guru-guru yang kompeten. Pembangunan SMKN 1 ROTA sekaligus ingin menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak untuk semua. Anak desa pun tidak kalah dari anak kota jika memiliki akses pendidikan yang sama.
(tuh, hebat gak tuh :D)
Kompetisi tahunan Student Company (SC) Competition 2011 akhirnya dimenangkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 26 Jakarta. Juara kedua diraih SMAN 1 Bogor, Jawa Barat dan ketiga direbut SMKN 1 ROTA Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Sementara kategori penampilan terbaik didapat SMKN 1 ROTA Bayat Klaten, dan kategori Profil Video Perusahaan Favorit diraih SMKN 26 Jakarta, serta pemenang Business Solution Challenge diperoleh SMKN 8 Jakarta.
Menurut Direktur Prestasi Junior Indonesia (PJI) Robert Gardiner, belum lama ini, lomba tersebut dimaksudkan untuk mengasah kemampuan siswa dalam berwirausaha. Kompetisi yang keempat kalinya ini mengikutsertakan perusahaan siswa (SC) sebanyak 12 sekolah menengah atas (SMA/SMK).
Dalam kompetisi itu, setiap perusahaan siswa bersaing untuk menjual produk mereka kepada pengunjung mal. Selain menjual produk, Robert menambahkan, sejumlah siswa juga mengikuti kompetisi dalam beberapa kategori, yaitu presentasi bisnis, kreativitas seni, tantangan bisnis dan video profil perusahaan.
"Pengalaman ini merupakan pembelajaran wirausaha langsung yang sangat berharga bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri guna meraih cita-citanya", ujar Robert.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional, Tbk Haryono Tjahjarijadi, optimistis lomba tersebut dapat membentuk jiwa wirausaha muda Indonesia. Ia pun berharap para peserta bisa menjadi pebisnis sejati yang bertanggungjawab sehingga mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Rencananya, pemenang terbaik lomba Student Competition yang bekerjasama dengan American Chamber of Commerce (AmCham) Indonesia dan PT Bank Mayapada Internasional tersebut akan mewakili Indonesia dalam beberapa event internasional. Termasuk, kegiatan Asia Pacific Student Company of the Year Competition pada bulan Januari 2012 mendatang.
berita serupa : http://berita.liputan6.com/read/346201/
(keren kan??)
SEMARANG-Lulusan SMK selalu dipersiapkan untuk bekerja. Tetapi kini selain siap bekerja, mereka juga harus dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berwirausaha. Seperti halnya SMK Negeri 1 ROTA Bayat Klaten yang menyiapkan siswanya untuk mengembangkan sentra batik dan keramik.
Sekolah yang berdiri tahun 2009 atas bantuan gempa dari Pemerintah Qatar melalui Titian Foundation dan bekerja sama dengan Pemkab Klaten ini, dibangun untuk mengangkat sentra kerajinan daerah tersebut. SMK Negeri 1 ROTA Bayat memiliki dua jurusan, yaitu KRIA TEKSTIL dan KRIA KERAMIK.
‘’Memang sengaja hanya dua jurusan, karena fokus yang hendak dikembangkan adalah kerajinan tersebut dan pasti menonjolkan ciri khas tersendiri,’’ ujar guru Kriya Tekstil (Batik), Putri Novianti,Ssn di sela-sela pameran di stan Dinas Pendidikan Provinsi Jateng.
Berbagai kerajinan seperti batik dan keramik yang dipamerkan di ajang JATENG FAIR 2010 mencoba menyuguhkan teknik dan cara membatik atau membuat keramik kepada pengunjung. Ciri khas dari Batik Bayat yang motifnya diciptakan oleh siswa SMK ini adalah gambar binatang dengan pecahan tanah kering sesuai kontur tanah di sana.
Putri menjelaskan, di jurusan Kria Tekstil mengajarkan 60% cara pembuatan batik dan 40% keteknikan lain seperti tenun, rajut, dan jahit. Sementara jurusan Kria Keramik menggunakan teknik putaran miring yang menghasilkan keramik dalam bentuk tipis dengan kualitas yang lebih unggul.
sumber :
(WOW kan??)
Ines Wardani (16) hanyalah siswa biasa di SMKN 1 ROTA Bayat, bersepeda lebih dari 15 km setiap hari untuk sekolah, tidak mampu melanjutkan pendidikan tahun lalu karena masalah keuangan. Dia punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan melalui beasiswa Yayasan Titian. Dia telah berubah menjadi seorang siswa yang terkenal di Klaten. Semua orang membicarakan tentang dirinya dan ingin bertemu dengannya sejak Januari 2011 ketika ia diumumkan sebagai salah satu wakil PJI untuk FIE (El Foro Internacional De Forum Emprendedores / Internasional Pengusaha) di Argentina. PJI (Prestasi Junior Indonesia: http://www.prestasijunior.org) adalah sebuah organisasi yang berfokus pada kewirausahaan, bisnis dan pendidikan, yang dikenal sebagai JA (Prestasi Junior) di seluruh dunia.
Acara FIE dipegang oleh JA Worldwide dan tahun ini berlangsung di Cordoba, Argentina dari 09-14 Mei. Ines akan dengan empat siswa dari daerah lain di Indonesia. Ines dilatih selama seminggu di Jakarta sebelum berangkat ke Argentina pada 7 Mei. Ines sangat senang selama mengikuti proses persiapan. Kisah seorang gadis desa di Bayat yang sekarang akan banyak dibicarakan di desa-desa. Diharapkan Ines akan menjadi inspirasi bagi orang muda lainnya di desa itu, meskipun keterpencilan geografis dan latar belakang keuangan, mereka masih bisa bersinar dan mencapai mimpi mereka jika mereka memiliki keinginan yang kuat.
Ines adalah salah satu dari 257 siswa yang disponsori Yayasan Titian didukung oleh dengan bantuan mitra donornya yakni CLSA, Qatar Foundation. Menjadi yang terbaik saat di SMP tidak menjamin ia bisa melanjutkan ke sekolah tinggi. Tetapi melalui beasiswa yang diberikan Yayasan Titian, dia dapat meneruskan sekolahnya di SMKN 1 ROTA Bayat jurusan Kria Tekstil.
( H E B A T toh yaa?) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Itulah tadi sedikit cerita tentang profil sekolah kami, seru bukan? :). | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar